Powered By Blogger

Rabu, 25 Agustus 2010

Kami mengemas Abon Jamur Tiram ABJAT dalam dua kemasan, yaitu : 1. Kemasan isi 80 Gram, Seharga Rp 13.000/bungkus. 2. Kemasan Toples isi 1 kilogram, Seharga Rp 125.000/topless. Dapatkan harga spesial untuk reseller : 1. Kemasan isi 80 Gram (Rasa Original Tanpa/dengan bawang) Seharga Rp 10.000/bungkus. 2. Kemasan isi 80 Gram (Rasa Pedas Tanpa/dengan bawang) Seharga Rp 10.500/bungkus. 3. Kemasan Toples isi 1 kilogram (Rasa Original Tanpa/dengan bawang) , Seharga Rp 105.000/toples. 4. Kemasan Toples isi 1 kilogram (Rasa Pedas Tanpa/dengan bawang) , Seharga Rp 115.000/toples. Syarat menjadi Reseller : * Order minimal untuk reseller ( pilih salah satu opsi di bawah atau pilih dua-duanya :) ) 1. Kemasan 80 gram minimal 50 bungkus atau, 2. Kemasan Toples isi 1 kg minimal 10 kg (10 toples). Anda berminat kontak langsung kami di 08563543299 (Roma Hadi). Usaha jamur tidak selalu harus jualan jamur segar, jualan baglog, atau jualan bibit. Kekreativitasan membuat usaha ini kian beragam.Kini kami menyediakan abon jamur Abjat. Abon dengan bahan dasar berupa jamur tiram ini memiliki citarasa yang tak jauh beda dengan abon sapi. Abon Jamur, mungkin masih terdengar asing di telinga Anda, namun ini benar-benar ada dan Anda harus mencobanya. Abon Jamur Tiram ABJAT diproses tanpa menggunakan bahan pengawet dan MSG. Bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan-bahan alami yang terpilih dan dijamin sehat. Berikut beberapa komposisi Abon Jamur Tiram ABJAT: Jamur Tiram, Garam, Kacang Tanah, Rempah-rempah, Gula, Minyak Goreng. Jamur Tiram yang memiliki banyak manfaat, antara lain : Kami kemas menjadi sebuah produk siap saji yang menggugah selera makan keluarga Anda. Abon Jamur Tiram ABJAT sangat lezat di nikmati bersama keluarga dalam segala suasana. Disajikan bersama nasi, nasi goreng beserta lauk pauk lainnya, menambah nikmat citarasa masakan. Bahkan tidak hanya itu, Abon Jamur Tiram ABJAT dapat disajikan dengan roti panggang, mie goreng sekalipun. Abon Jamur Tiram ABJAT telah mendapatkan sertifikasi dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan No.P-IRT 2043573011015. Sehingga dapat dijamin bahan-bahan yang digunakan serta proses pembuatan Abon Jamur Tiram ABJAT telah memenuhi persyaratan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia untuk Produk Makanan Home Industry. Pembayaran bisa lewat transfer ke Bank BCA rek. 0111882427 a/n Roma Hadi Tri Susangka, yang udah transfer mohon konfirmasi lewat sms dan beri alamat lengkapnya, thxs... NB : Biaya kirim bisa lewa Pos atau TIKI Cek sini TIKI Thxs for All .... Bisa pesan langsung di Alamat Jl. Raya Tlogomas No.246 - Malang
Lebaran sebentar lagi, Mohon maaf lahir dan batin. Untuk cemilan saat sahur dan berbuka puasa maupun pemanis di hari Lebaran nanti, lengkapi meja makan dan meja tamu anda dengan aneka kue kering yang menggugah selera. Kami menawarkan kue nastar dan kue keju-sagu sebagai andalan, dan pilihan paling tepat untuk memenuhi kebutuhan makanan ringan di hari spesial Anda. Kue kering ini rasanya gurih dan renyah, cobain sekali dijamin langsung ketagihan. Dimakan pake Teh hangat atau Kupi panas ttambah Maknyus,....Nyus... Nyus.... Kue Nastar, Putri Salju, Kue Kacang 1 Toples Rp. 31.000,- Castangle / Keju 1 Toples Rp. 32.000,- DILUAR ONGKOS KIRIM Oh iya,...ini Kue Nastar, Castangle , Putri Salju ama Kue Kacangnya fresh from the oven biar menjaga kualitas rasanya. Semuanya 100 Halal dan tanpa bahan pengawet. Anda pesan langsung kami buat. (Kue kering kok pake pengawet) Yang pengen tanya2 bisa langsung contact saja lwt : E-mail : roma_umm@yahoo.co.id Handphone : 08563543299-Roma atau Langsung ke Alamat kami di Jl. Raya Tlogomas No.246 - Malang Prinsip kami dalam berjualan kue adalah harga yang tidak terlalu mahal tp kualitasnya tidak murahan, dan rasanya TOP-MARKOTOP. Jgn cari yang murah tp kualitasnya mengecewakan, konsumen adalah segala-galanya .... Pembayaran bisa lewat transfer ke Bank BCA Rek. 0111882427 a/n Roma Hadi Tri Susangla, yang udah transfer mohon konfirmasi lewat sms dan beri alamat lengkapnya, thxs... NB : Biaya kirim bisa lewa Pos atau TIKI Cek sini TIKI Thxs for All .... Bisa pesan langsung di Alamat Jl. Raya Tlogomas No.246 - Malang Nih Gambar kue keringnya :

Selasa, 18 Mei 2010

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS INKUIRI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2010 BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah: (1) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah, dan (5) sarana pengembangan penalaran (Parera, 1997). Sementara itu, di dalam GBPP Bahasa Indonesia (1993) disebutkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar, dan kemampuan memperluas wawasan.
Dalam pembelajaran, fungsi dan tujuan yang tersebut di atas tidak secara serempak dapat dicapai, tetapi satu per satu bergantung pada fungsi atau tujuan mana yang diprioritaskan. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengajak audience untuk memfokuskan perhatian pada fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai sarana pengembangan penalaran. Untuk mencapai fungsi tersebut, maka salah satu model pembelajaran yang ditawarkan di sini adalah model inkuiri. Selanjutnya, tentang model inkuiri ini akan dibicarakan pada bagian pembahasan. Sebagai unsur pendukung dalam proses belajar mengajar, materi yang akan dikaji adalah grammar (tata bahasa, khususnya kalimat). Materi grammar ini diangkat sebagai tanggapan atas jawaban angket dari sebelas orang pembelajar calon guru bahasa Indonesia di primary school yang menyatakan bahwa lima pembelajar mengharapkan pengajaran struktur dengan lebih terurai, malahan ada yang menyatakan bahwa grammar itu bersifat esensial (Mulyono, 1999). Di samping itu, grammar perlu diajarkan (bagi penutur asing) karena kompetensi gramatikal merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan kaidah suatu bahasa bagi kebutuhan komunikasi (Johnson dalam Syamsuddin, 1999). Pada umumnya, pembelajar yang mempunyai nilai kompetensi kebahasaan tinggi, akan tinggi pula nilai keterampilan berbahasanya. Hal ini dapat dimengerti sebab tindak berbahasa tidak lain daripada pengoperasian kompetensi kebahasaan yang dimilikinya. Oleh karena itu, baik tidaknya kompetensi kebahasaan pembelajar, pada umumnya akan mencerminkan baik tidaknya keterampilan berbahasanya (Nurgiyantoro, 1995).
BAAB II
Pembahasan

Pada bagian ini dibicarakan: (1) pengertian inkuiri, (2) lingkup materi pembelajaran, (3) langkah-langkah pembelajaran dengan model inkuiri, serta (4) dampak instruksional dan dampak penyerta model inkuiri.

2.1 Pengertian Inkuiri

Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973) sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.

Kuslan Stone (Dahar,1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan.
Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas (Hamalik, 1991).
Wilson (Trowbridge, 1990) menyatakan bahwa model inkuiri adalah sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional (Bruce & Bruce, 1992). Senada dengan pendapat Bruce & Bruce , Cleaf (1991) menyatakan bahwa inkuiri adalah salah satu strategi yang digunakan dalam kelas yang berorientasi proses. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi. Proses tersebut sama dengan prosedur yang digunakan oleh ilmuwan sosial yang menyelidiki masalah-masalah dan menemukan informasi.
Sementara itu, Trowbridge (1990) menjelaskan model inkuiri sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, Trowbridge mengatakan bahwa esensi dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan/suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.
Senada dengan pendapat Trowbridge, Amien (1987) dan Roestiyah (1998) mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses discovery, inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.

2.2 Lingkup Materi Pembelajaran

Lingkup materi yang tertuang dalam GBPP Bahasa Indonesia meliputi kesusastraan, kebahasaan, dan keterampilan. Pada kesempatan ini penulis membatasi topik pembicaraan pada bidang kebahasaan, khususnya masalah kalimat tunggal. Dalam pembicaraan ini dibahas pengertian kalimat tunggal, unsur-unsur kalimat tunggal, ciri-ciri unsur kalimat tunggal. Hal-hal tersebut akan diuraikan di bawah ini.

2.2.1 Pengertian kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu konstituen S-P. Jadi, unsur inti kalimat tunggal ialah subjek dan predikat (Rusyana & Samsuri, 1976). Dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu, tidak mustahil ada pula unsur manasuka seperti keterangan tempat, waktu, dan sebagainya. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek, tetapi juga dapat panjang (Alwi, et al., 1998). Contoh di bawah ini menjelaskan pernyataan tersebut
Dia akan pergi.
Kami mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.
Mereka akan membentuk kelompok belajar.
Guru bahasa kami akan dikirim ke luar negeri.
Kami menempuh ujian seminggu yang akan datang.

2.2.2 Unsur-unsur kalimat tunggal
Seperti yang telah disinggung di atas, kalimat terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, dan Ket. Keempat unsur itu memang tidak selalu bersama-sama ada dalam satu kalimat. Kadang-kadang satu kalimat hanya terdiri dari S - P; S – P - O; S - P- Ket; S – P – O – Ket. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan masing-masing unsur kalimat tersebut dengan ciri-cirinya.

subjek dan predikat
Kalau kita bandingkan berbagai-bagai susun kalimat, nyatalah kepada kita bahwa kata-kata itu tersusun menurut suatu aturan yang tetap. Aturan itu bukan hanya aturan hukum D-M, tetapi selain itu tiap-tiap kalimat nyata benar terjadi dari beberapa bagian yang tetap dan selalu kembali.
Kata-katanya boleh diganti dengan kata-kata lain, tetapi jabatan-jabatan itu selalu ada. Kita perhatikan contoh kalimat di bawah ini.
- Mereka bergembira.
Kalimat tersebut terjadi dari dua bagian yang nyata, Mereka dan bergembira, yang masing-masing menduduki suatu jabatan yang tentu. Baik Mereka maupun bergembira dalam kalimat itu boleh diganti dengan kata yang lain, tetapi jabatan yang diduduki kedua kata itu tetap ada. Perhatikanlah kalimat di bawah ini.
- Mereka bergembira
- Rumah itu besar
- Jalannya cepat.
- Berperang banyak makan ongkos
Dalam contoh-contoh di atas semua kata atau kumpulan kata sebelah kiri terjadi dari beberapa jenis kata, demikian pula kata atau kumpulan kata sebelah kanan; tetapi bagaimanapun semua kata atau kumpulan kata sebelah kiri sama jabatannya, demikian pula semua kata atau kumpulan kata sebelah kanan.
Jabatan kata-kata yang sebelah kiri disebut subjek atau pokok, yang sebelah kanan disebut predikat atau sebutan. Adapun jabatan subjek dan predikat ini tetap, meskipun susunan kalimat itu kita ubah, kita balikkan. Perhatikanlah:
- Bergembira mereka.
- Besar rumah itu.
- Cepat jalannya.
- Banyak makan ongkos berperang.

ciri-ciri subjek
Kalau kita perhatikan kalimat-kalimat di atas, nyatalah kepada kita bahwa yang dimaksud dengan subjek adalah sesuatu yang dianggap berdiri sendiri, dan yang tentangnya diberitakan sesuatu. Oleh karena subjek itu isinya sesuatu yang berdiri sendiri, maka sudah semestinya biasanya terjadi dari kata benda: mereka, rumah itu. Atau kalau bukan kata benda yang dipakai sebagai subjek itu, dapatlah dianggap sebagai kata benda. Misalnya:
Jalannya - akhiran –nya di sini menyatakan kata benda, meskipun kata benda itu menyatakan suatu kerja.
Berperang - artinya di sini hal perang, dianggap sebagai kata benda.
Di samping itu, untuk menentukan subjek kita dapat bertanya dengan memakai kata tanya apa atau siapa di hadapan predikat. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditentukan ciri-ciri subjek sebagai berikut: (a) sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan, (b) dibentuk dengan kata benda atau sesuatu yang dibendakan, (c) dapat bertanya dengan kata tanya apa atau siapa di hadapan predikat.


ciri-ciri predikat
Bagian predikat adalah bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri atau subjek itu. Memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri tentulah menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu. Sebab itu, predikat biasanya terjadi dari kata kerja atau kata keadaan. Kita selalu dapat bertanya dengan memakai kata tanya mengapa, artinya dalam keadaan apa, bagaimana, atau mengerjakan apa? (Alisyahbana, 1978).
Bloomfield (1933) menyebut predikat dengan istilah verba finit yang berarti melaksanakan perbuatan. Lyons (1995) mengungkapkan bahwa predikat adalah keterangan yang dibuat mengenai orang atau barring itu. Sementara itu, Hockett, Alieva (1991) menyebut predikat dengan istilah sebutan dengan makna yang sama seperti yang diungkapkan oleh Lyons.
Ahli lain mengatakan bahwa predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri, dan jika ada, konstituen objek, pelengkap, dan atau keterangan wajib di sebelah kanan. Predikat kalimat biasanya berupa frase verbal atau frase ajektival (Alwi, 1998). Sejalan dengan pendapat tersebut, Ramlan (1996) mengatakan bahwa predikat merupakan unsur klausa yang selalu ada dan merupakan pusat klausa karena memiliki hubungan dengan unsur-unsur lainnya, yaitu: dengan S, O, dan Ket.
Sakri (1995) mengungkapkan bahwa predikat itu sebagai puak kerja yang menduduki jabatan curaian dan menyatakan tindak atau perbuatan. Di pihak lain, Suparman (1988) memberikan penjelasan tentang predikat dengan menyebutkan ciri-ciri atau penanda formal predikat tersebut, yaitu: (a) penunjuk aspek: sudah, sedang, akan, yang selalu di depan predikat; (b) kata kerja bantu: boleh, harus, dapat; (c) kata penunjuk modal: mungkin, seharusnya, jangan-jangan; (d) beberapa keterangan lain: tidak, bukan, justru, memang, yang biasanya terletak di antara S dan P; dan (e) kata kerja kopula: ialah, adalah, merupakan, menjadi. Kopula mengandung pengertian merangkaikan. Kata-kata ini biasanya digunakan untuk merangkaikan predikat nominal dengan S-nya, khususnya FB – FB (Frase Benda – Frase Benda).

ciri-ciri objek
Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu langsung setelah predikat. Dengan demikian, objek dapat dikenali dengan memperhatikan (a) jenis predikat yang dilengkapinya dan (b) ciri khas objek itu sendiri. Verba transitif biasanya ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks –kan dan –i serta prefiks meng- umumnya merupakan pembentuk verba transitif. Misalnya:
Morten menundukkan Icuk.
Objek biasanya berupa nomina atau frase nominal. Jika objek tergolong nomina, frase nominal tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina objek itu dapat diganti dengan pronomina –nya; dan jika berupa pronomina aku atau kamu (tunggal), bentuk –ku dan –mu dapat digunakan. Contoh:
Andi mengunjungi Pak Rustam.
Andi mengunjunginya.
Objek pada kalimat aktif transitif akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan seperti tampak pada contoh kalimat di bawah ini.
Pembantu membersihkan ruangan saya.
Ruangan saya dibersihkan oleh pembantu.
Potensi ketersulihan unsur objek dengan –nya dan pengedepanannya menjadi subjek kalimat pasif itu merupakan ciri utama yang membedakan objek dari pelengkap yang berupa nomina atau frase nominal.

ciri-ciri keterangan
Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letak. Keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan bahkan di tengah kalimat. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. Konstituen keterangan biasanya berupa frase nominal, frase preposisional, atau frase adverbial. Perhatikan contoh di bawah ini.
Dia memotong rambutnya.
Dia memotong rambutnya di kamar.
Dia memotong rambutnya dengan gunting.
Dia memotong rambutnya kemarin.
Unsur di kamar, dengan gunting, dan kemarin pada contoh kalimat di atas merupakan keterangan yang sifatnya manasuka.
Makna keterangan ditentukan oleh perpaduan makna unsur-unsurnya. Dengan demikian, keterangan di kamar mengandung makna tempat, dengan gunting mengandung makna alat, dan kemarin mengandung makna waktu.
Berdasarkan makna seperti tersebut di atas, terdapat bermacam-macam keterangan berikut penandanya: (a) keterangan tempat, ditandai oleh: di, ke, dari, dalam, pada; (b) keterangan waktu, ditandai oleh: sebelum, sesudah, selama, sepanjang; (c) keterangan alat, ditandai oleh: dengan; (d) keterangan tujuan, ditandai oleh: agar/supaya, untuk, bagi, demi; (e) keterangan cara, ditandai oleh: dengan cara, secara, dengan jalan; (f) keterangan penyerta, ditandai oleh: dengan, bersama, beserta; (g) keterangan perbandingan, ditandai oleh: seperti, bagaikan, laksana; keterangan sebab, ditandai oleh: karena, sebab.

3.3 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Inkuiri
Sesuai dengan pokok bahasan yang telah diuraikan di atas, maka langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri adalah:
Tahap pertama
Sebelum guru mengemukakan masalah yang akan dikerjakan siswa, terlebih dahulu guru menentukan tingkah laku atau tujuan yang ingin dicapai dengan model inkuiri tanpa memberi informasi tentang teori kalimat tunggal, orientasi model, dan apersepsi. Selanjutnya, guru membagikan sebuah LKS yang di dalamnya terdapat bacaan kepada siswa dan mereka diberikan waktu beberapa menit untuk memahami bacaan tersebut.
Tahap kedua
Pada tahap ini guru mengajukan permasalahan (teka-teki) yang dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk menemukan pendapatnya. Permasalahan tersebut berupa tugas untuk mengidentifikasi kalimat tunggal, menganalisis kalimat tunggal berdasarkan fungsi, menentukan ciri-ciri unsur kalimat tunggal, membuat penjelasan atau pengertian unsur-unsur kalimat tunggal, dan merumuskan kesimpulan kalimat tunggal.
Tahap ketiga
Pada tahap ini siswa menetapkan hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut. Hipotesis yang ditetapkan ini berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang diajukan oleh guru. Pada tahap ini terdapat dua kemungkinan yang muncul, yaitu: (1) siswa secara spontan melakukan penyelidikan atau penjelajahan tentang informasi/data untuk menguji hipotesis yang ditetapkan, baik secara individu maupun secara kelompok. Selanjutnya, siswa menarik kesimpulan; dan (2) siswa tidak banyak berusaha mencari informasi untuk membuktikan hipotesis. Di sinilah guru membantu siswa, mendorong melakukan kegiatan belajar untuk mencari informasi berkaitan dengan permasalahan yang diajukan guru. Jawaban guru atas pertanyaan siswa hanya berkisar ya atau tidak, karena dalam model inkuiri ini siswa sendiri yang menemukan jawaban permasalahan yang diberikan oleh guru.
Tahap keempat
Pada tahap ini siswa mengidentifikasi beberapa kemungkinan jawaban/menarik kesimpulan. Selanjutnya, guru mengumpulkan hasil penyelidikan/eksperimen untuk menjawab teka-teki atau permasalahan yang diajukan oleh guru. Caranya dengan menyuruh siswa untuk menunjukkan hasil pekerjaan mereka. Mereka disuruh untuk memperlihatkan bentuk-bentuk kalimat tunggal, unsur-unsurnya, dan ciri-ciri unsurnya, yang terdapat dalam bacaan yang telah dibagikan itu. Agar seluruh siswa yang ada dalam kelas terlibat untuk memecahkan permasalahan tersebut, maka setiap siswa mendapat giliran untuk memberikan alasan atau hasil pekerjaannya. Dengan demikian, siswa diarahkan untuk menjawab teka-teki atau permasalahan tersebut.
Tahap kelima
Pada tahap ini guru mengajak dan membimbing siswa untuk merumuskan dan menemukan sendiri teori tentang kalimat tunggal berdasarkan fakta-fakta yang mereka temukan dari hasil tanya jawab di dalam kelas. Dari fakta-fakta dan jawaban tersebut, mereka dapat merumuskan batasan kalimat tunggal. Selanjutnya, guru memberi komentar dan penjelasan tentang hasil temuan mereka dan menjelaskan kembali prinsip-prinsip atau konsep tentang kalimat tunggal, unsur-unsurnya, dan ciri-cirinya sehingga masalah tersebut dapat terjawab.

3.4 Dampak Instruksional dan Dampak Penyerta
Penerapan model inkuiri dalam pembelajaran bahasa Indonesia (kalimat tunggal) memberikan dampak instruksional dan dampak penyerta. Dampak instruksionalnya adalah: (a) keterampilan dalam proses ilmiah, yakni: mengadakan observasi, mengumpulkan dan mengorganisasikan data, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan mengetes hipotesis, merumuskan penjelasan, dan membuat kesimpulan; serta (b) strategi penyelidikan secara kreatif. Di sisi lain, dampak penyertanya adalah: (a) menimbulkan semangat kreativitas pada siswa, (b) memberikan kebebasan atau otonomi pada siswa dalam hal menyusun pertanyaan dan mengemukakan pendapat secara verbal, (c) memungkinkan kerja sama secara dua arah (guru-siswa dan siswa-siswa), dan (d) menekankan hakikat kesementaraan dari pengetahuan.
Di samping itu, model inkuiri yang diterapkan oleh siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar atau kemampuan siswa tentang materi yang dipelajarinya. Hal ini sesuai dengan temuan Schuncke (1988) dan Novac (1990) yang menunjukkan beberapa karakteristik keberhasilan penggunaan model inkuiri, yaitu: meningkatkan skor tes akademik, meningkatkan kontak psikoakademis pembelajar, memperkuat keyakinan diri, meningkatkan sikap positif dalam belajar, mengkondisikan siswa menjadi discover dan adventurer pengetahuan, meningkatkan self-concept dan self esteem, meningkatkan daya akomodasi ilmiah, meningkatkan motivasi belajar secara intrinsik, meningkatkan kemampuan dan strategi bernalar secara kritis, serta meningkatkan sikap dan perilaku positif terhadap mata pelajaran dan para guru selama berlangsungnya pembelajaran. Amien (1987) mengatakan bahwa model inkuiri melibatkan siswa secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu: teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.

4. Penutup
Pada bagian ini dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan uraian di atas, yaitu: (a) inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain, (b) langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran dengan model inkuiri adalah: guru menyampaikan tujuan pembelajaran, orientasi model, dan apersepsi; guru mengajukan permasalahan (teka-teki); siswa menetapkan hipotesis; atas bimbingan guru, siswa mengumpulkan dan menganalisis data; dan siswa menarik kesimpulan, (c) dampak instruksional dan penyerta dari model inkuiri adalah: keterampilan dalam proses ilmiah, yakni: mengadakan observasi, mengumpulkan dan mengorganisasikan data, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan mengetes hipotesis, merumuskan penjelasan, dan membuat kesimpulan; serta strategi penyelidikan secara kreatif. Di sisi lain, dampak penyertanya adalah: menimbulkan semangat kreativitas pada siswa, memberikan kebebasan atau otonomi pada siswa dalam hal menyusun pertanyaan dan mengemukakan pendapat secara verbal, memungkinkan kerja sama secara dua arah (guru-siswa dan siswa-siswa), dan menekankan hakikat kesementaraan dari pengetahuan.


DAFTAR PUSTAKA

Alisyahbana, S.T. (1978). Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Alwi, H. et.al. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inkuiry. Jakarta: Depdikbud.

Bloomfield, L. (1933). Language. Rinehart and Winston, Inc.

Bruce, W.C. & J.K. Bruce. (1992). Teaching with Inquiry. Maryland: Alpha Publishing Company, Inc.

Cleaf, D.W.V. (1991). Action in Elementary Social Studies. Singapore: Allyn and Bacon.

Dahar, R.W. (1991). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdikbud. (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Depdikbud.

Hamalik, O. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.

Joyce, B. & M. Weil. (1980). Models of Teaching. Boston-London: Allyn and Bacon.

Lyons, J. (1995). Introduction to Theoretical Linguistics. New York: Melbourne.

Mulyono, I. (1999). ‘Struktur Pasif Pesona Bahan Ajar Keterampilan Berbicara bagi Pembelajar Penutur Asing Level Lanjut (Advanced)’ dalam Makalah KIPBIPA IV. Bandung: IKIP Bandung.

Nurgiyantoro, B. (1995). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Parera, J.D. (1997). Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis Kontrastif, Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Erlangga.

Ramlan, M. (1996). Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.

Roestiyah, N.K. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rusyana, Y. & Samsuri. (1976). Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Sakri, A. (1995). Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: ITB.

Sund & Trowbridge. (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Columbus: Charles E. Merill Publishing Company.

Suparman, H. et.al. (1990). Relevansi Buku Teks Bahasa Indonesia dengan Buku Teks Bidang Studi Lain Kelas III SD Laboratorium Unud Singaraja. Laporan Penelitian Universitas Udayana.

Syamsuddin, A.R. (1999). Studi Wacana: Kajian Linguistik Komprehensif. Bandung: IKIP Bandung.

Trowbridge, L.W. & R.W. Bybee. (1990). Becoming a Secondary School Science Teacher. Melbourne: Merill Publishing Company.

Soal Film Cowboys In Paradise

BEREDARNYA film dokumenter Cowboys In Paradise membuat gerah aparat dan warga Bali. Pasalnya, film yang menceritakan sepak terjang gigolo atau pria tunasusila (PTS) itu mencemarkan wisata Bali yang selama ini menjual atau mengedepankan wisata budaya dan alamnya, bukan sebagai wisata seks.
Namun, kita harus akui dunia gigolo itu memang ada. Mereka tumbuh dan berkembang tidak hanya di Kuta, namun di daerah wisata yang tingkat kedatangan turis dari mancanegaranya cukup banyak, di situlah potensi munculnya gigolo. Jadi, gigolo juga ada di derah wisata di luar Bali.
Aparat dan warga Bali menjadi marah kepada film dokumenter tersebut, karena seolah-olah yang menjadi gigolo adalah penduduk asli. Etnis mana yang banyak menjadi gigolo itu memang harus diteliti agar tidak terjadi ketersinggungan. Namun, dari fakta yang ada, tidak hanya etnis lokal yang melakukan hal demikian. Banyak etnis pendatang yang melakukan pekerjaan seperti itu.
Memang dalam film tersebut, sutradara Amit Wirmani mengungkapkan di situs pribadinya, www.cowboysinparadise.com merasa terkejut ketika menemukan bocah Bali yang berusia 12 tahun belajar keras bahasa Jepang. Bocah itu mengatakan, "Kalau saya sudah besar nanti, saya mau memberi layanan seks untuk gadis Jepang."
Penyebab utama adanya fenomena Cowboys in Paradise ini, karena adanya kemiskinan. Sebab, kalau kita lihat, laki-laki yang setiap hari nongkrong di pantai yang lebih akrab disebut dengan “anak pantai” tidak terserap secara formal di jasa-jasa pelayanan wisata. Dengan demikian, tak heran bila mereka menjadi penyedia jasa wisata secara mandiri atau tidak formal.
Karena tidak formal, secara etika dan tata tertib, tidak ada yang mengontrol mereka. Tidak adanya pengontrolan itu membuat mereka selama menjadi gigolo terkadang sering bertindak kriminal. Untuk itu, yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan pelaku di dunia wisata ialah mengakomodasi atau menyerap masyarakat sebagai tenaga kerja wisata.
Sangat arif ketika Ketua Satgas Pantai Kuta Gusti Ngurah Tresna mengatakan bahwa Kuta adalah daerah terbuka sehingga ada 1.100 orang pedagang dari berbagai etnis yang bisa melakukan aneka usaha secara positif. Dibukanya peluang mencari rezeki secara halal itulah yang akan meminimalkan seseorang menjadi gigolo. Untuk itu, satpol PP harus mengurangi razia terhadap para pedagang yang berjualan di tempat-tempat wisata.
Adanya gigolo bisa jadi adanya kebutuhan. Untuk mencegah hal yang demikian, para wisatawan asing pun jauh-jauh sebelumnya juga harus di warning, agar tidak melakukan tindakan yang menyimpang. Bila di bandara-bandara kita diperingatkan dengan adanya bahaya terorisme, di situ juga harus dikampanyekan no free sex in Indonesia. Hotel atau tempat penginapan juga harus berani memasang tulisan not for unmarried couple.
Hal tersebut sangat penting. Sebab, pariwisata Indonesia adalah pariwisata budaya dan keindahan alam. Degan cara itu, penyebaran AIDS di Indonesai dapat dicegah.

Putu Wijaya Bermonolog di UMM

Malang, 17 April 2010

Aksi PutuWijaya saat bermonolog
Setelah dinanti-nanti oleh para penggila sastra di Malang Raya, akhirnya Putu Wijaya datang juga. Putu Wijaya memilih UMM sebagi tempat Roadshownya di Malang. Dia pun membuktikan totalitas dalam penghayatan terhadap seni peran dengan narasinya yang memukau dalam pentas teater pada Jumat malam (16/04) di Theater Dome UMM. Ratusan penonton hadir memadati acara yang diadakan oleh HMJ Bahasa dan Sastra Indonesia (BAHTERA) UMM, yang mengusung tema “Teror Mental”.
Monolog berjudul ’Empu’ menjadi pilihan pertama dalam rangkaian tiga monolog yang dibawakannya. Dalam monolog itu, Putu ingin menunjukan apresiasi dan kekaguman yang sangat tinggi kepada tokoh besar bangsa Indonesia, yaitu almarhum Gus Dur. Putu Wijaya ingin menunjukkan kepada penonton bahwa Gus Dur adalah orang besar yang semasa hidupnya mampu memberi kritik – kritik segar terhadap bangsa Indonesia.
Monolog kedua berjudul ’poligami’ yang memotret penderitaan hidup wanita Indonesia. Nasib mereka dari generasi ke genereasi yang tidak berubah, “Inilah nasib - nasib wanita Indonesia, setiap harinya menderita. Jadi tukang cuci, mengurus dapur dan kerja rodi di kasur. Dari jaman dulu sampai nanti, nasibnya seperti TKW”, paparan Putu di antara penggalan- penggalan narasinya.
Monolog berjudul ‘Kemerdekaan’ adalah cerita yang dipilih untuk menutup acara tersebut. Menurutnya, Teater adalah bahasa untuk mengerti pikiran orang lain. Sehingga dalam monolog tersebut, kemerdekaan, dimaknai sebagai sebuah bentuk ekspresi tentang perjuangan merebut kebebasan. Bukan perjuangan sendiri – sendiri sebagai hadiah tapi kemerdekaan yang direbut dengan darah untuk kepentingan bersama, bangsa Indonesia.
Putu Wijaya merasa betah bermonolog di UMM, “Saya ingin bermonolog lagi di sini, karena semuanya sangat antusias dalam menerima saya. Kau selamanya akan ku tanam dalam hatiku” ungkapnya sambil berpuisi sebagai ucapan terimakasih.
Dalam kesempatan sarasehan, Putu Wijaya juga Berpesan “Walau ada kalimat-kalimat yang cabul dan ketawa-ketawanya dalam narasi tadi, tapi saya percaya satu atau dua kalimat tadi akan terbawa di hati kalian, dimana nanti akan menjadi bom waktu di masa yang akan datang, dan akan meledak dalam sepuluh tahun atau sesampai di rumah, kalimat itu akan bergeming di hati kalian. Dan itulah kebahagiaan saya untuk berbagi ilmu dengan kalian”, pesannya.
Putu juga menyampaikan pesan bahwa sesungguhnya teater adalah peristiwa batin bukan sekedar pertunjukan saja. Sebagai orang Bali, Putu mengaku sangat menjunjung pepatah Dase, Kale, Patre yang berarti tempat, waktu dan susana dalam membawakan setiap pentasnya. Mengindahkan sebagian peraturan yang ada untuk mendapatkan estetika cerita. “Saya ditabrak keadaan, yang membuat jalan cerita mengalir seperti itu. Jujur semua dialog yang saya bawakan barusan adalah hasil improvisasi dan tidak pernah saya rencanakan sebelumnya”, ujar sastrawan asal Bali itu menutup acara sarasehan. (roma)

Senin, 12 April 2010

Gudang Buangan

Roma Hadi Tri Susangka

Penerima Dana Hibah Program Kreativitas Mahasiswa

roma_umm@yahoo.co.id

Membaca adalah salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan karena kegiatan itu merupakan salah satu proses transfer ilmu. Namun rata-rata siswa melakukan kegiatan membaca pada saat belajar saja.

Ada banyak penyebabnya. Secara pribadi, biasanya kurangnya motivasi membaca. Secara umum, faktor yang berpengaruh besar adalah lingkungan sekitar yang memang jauh dari kebiasaan atau budaya membaca.

Fungsi perpustakaan menjadi berkembang sebagai tempat pemupuk minat baca selain memperdalam dan menelusuri berbagai ilmu pengetahuan. Penguasaan konsep dasar yang baik memudahkan siswa mengaplikasikan ilmunya pada situasi dan kondisi yang lebih berkembang yang akhirnya siswa akan memiliki inisiatif, daya kreatif, sikap kritis, rasional, dan objektif.

Rendahnya minat baca sering dijadikan alasan terhadap rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tetapi orang sering lupa faktor penyebabnya. Harga buku yang tidak terjangkau, buku-buku pelajaran disajikan dengan bahasa yang kaku, tak tersedianya tempat baca yang nyaman, serta tidak adanya waktu senggang karena padatnya kurrikulum merupakan penyebab juga.

Perpustakaan sebagai lembaga penunjang pendidikan masih dianggap kurang penting. Perpustakaan berada di ruang yang sangat sempit, atau seruang dengan kantor guru, atau di dekat WC, atau malah tidak ada sama sekali.

Pegawai yang menanganinya masih jauh untuk dari profesional. Guru-guru yang malas dan pegawai tata usaha yang bermasalah sering ditempatkan di perpustakaan sekolah yang mengakibatkan citra perpustakaan sebagai tempat pembuangan daripada sebagai tempat penunjang pendidikan. Tak jarang pegawai perpustakaan adalah orang-orang yang sangat mahal senyum dan galak sehingga membuat perpustakaan sekolah tempat yang angker untuk dikunjungi.

Dengan pustakawan profesional, tanggung jawab dari pihak sekolah, masyarakat, dan pemerintah, diyakini perpustakaan akan menjadi tempat menggali ilmu.

Rabu, 07 April 2010

Peran Keluarga dalam Mendidik Anak

Oleh Roma Hadi Tri Susangka

Mahasiswa UMM




KEBIASAAN akan membentuk sebuah kepribadian. Kebiasaan mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu modal seorang anak dalam proses perkembangan kepribadiannya.
Keluarga adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku anggota keluarga dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga. Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat.
Orangtua berkewajiban mendidik, dan membesarkan anak-anaknya agar menjadi manusia yang berkemampuan dan berguna. Setelah seorang anak kepribadiannya terbentuk, peran orangtua selanjutnya adalah mengajarkan nilai-nilai pendidikan kepada anak-anaknya. Pendidikan yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya adalah merupakan pendidikan yang akan selalu berjalan seiring dengan pembentukan kepribadian anak tersebut. Proses pendidikan bagi generasi muda mempunyai tiga pilar penting. Ketiga pilar itu, sekolah, masyarakat dan keluarga.
Pengertian keluarga tersebut nyata dalam peran orangtua. Di sinilah tanggung jawab orangtua untuk bisa memilah lembaga pendidikan yang baik bagi putra-putrinya dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, melalui perencanaan keuangan pendidikan. Saat ini banyak lembaga keuangan di Indonesia seperti perbankan dan asuransi yang menawarkan produk berupa tabungan pendidikan dan asuransi pendidikan. Bisa sejak dari kandungan, buaian, usia balita ataupun di atasnya, agar anak terbiasa dengan hal-hal yang positif. Peran orangtua sangat penting dalam memberikan pendidikan afektif pada anak dan tidak semata-mata pendidikan kognitif saja.
Pola penyelenggaraan pendidikan nasional mengakibatkan ketiga pilar penting terpisah. Sekolah terpisah dari masyarakat atau orangtua. Peran orangtua terbatas pada persoalan dana. Orangtua dan masyarakat belum terlibat dalam proses pendidikan menyangkut pengambilan keputusan monitoring, pengawasan dan akuntabilitas. Akibatnya sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada orangtua.
Anak-anak mempunyai karakteristik antara lain pertumbuhan fisik yang cepat dan matang. Semua potensi anak tersebut akan bermakna apabila dibina dan dikembangkan secara terarah sehingga mereka menjadi manusia yang memiliki keberdayaan. Tanpa bimbingan yang baik semua potensi itu tidak akan memberikan dampak positif, bahkan bisa terjadi hal yang sebaliknya yaitu menimbulkan berbagai masalah dan hambatan. Apalagi jika melihat ke depan, tantangan globalisasi makin besar, maka pembinaan pendidikan terhadap anak pun harus semakin dikuatkan.
Anak-anak harus berorientasi terhadap pandangan hidup yang bersifat positif dan aktif serta wajib menentukan dirinya sendiri, mementingkan kepuasan dari pekerjaan yang dilakukannya, berorientasi ke masa depan dan belajar merencanakan hidup secermat mungkin. Pendidikan merupakan sesuatu yang perlu mendapatkan prioritas.
Untuk melaksanakan hal itu, ada beberapa orangtua yang cenderung ekstrem, yaitu menarik dan menjauhkan anak dari semua hal yang dianggap memberi pengaruh buruk dari lingkungan. Orangtua menganggap sterilisasi merupakan cara yang terbaik dalam menjaga buah hati mereka. Padahal di sisi lain seorang anak kelak akan tumbuh dewasa dan hidup mandiri tanpa pengawasan keluarga. Anak tersebut haus sudah dapat mengatasi masalah, dan mempertahankan hidupnya sendiri.
Seorang anak pun membutuhkan sosialisasi dengan lingkungan tempat dia beraktivitas, baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan dan masyarakat memiliki peran penting dalam pendidikan anak karena merupakan tempat mereka mengasah kemampuan berinteraksi sosial. Walaupun kondisi masyarakat kita kini yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai atau pemikiran seputar metrealisme, sekulerisme, hedonisme, dan liberalisme. Hal itu menjadi tantangan besar bagi keluarga untuk mendidik anak-anaknya.

Belajar dari Sepak Bola

Roma Hadi Tri Susangka
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Malang
roma_umm@yahoo.co.id

SEPAK BOLA merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia, bahkan di Dunia. Kita sebagai pecinta sepak bola bisa menemukan banyak pelajaran positif atau hikmah dari permainan sepak bola yang dapat mengembangkan kehidupan kita sehari-hari.
Pertama, Kita harus lebih mengutamakan tim (kelompok) daripada kepentingan pribadi. tidak bersikap egois atau ingin menang sendiri, berjuang tanpa kenal lelah, tanpa putus asa, hingga tetes keringat terakhir, untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Kedua, bersikap jujur, tidak berpura-pura, atau menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, tidak terlena dengan keberhasilan yang sudah dicapai tetapi terus berusaha memberikan yang terbaik, bersikap sportif, mau mengakui dan menerima kekalahan, berani meminta maaf ketika melakukan kesalahan dan patuh pada peraturan yang berlaku.
Ketiga, saat bermain sepak bola stamina pemain harus kuat, begitu juga dalam kehidupan kita sehari-hari, stamina jiwa maupun raga kita harus kuat, bila tidak, manusia akan dihinggapi rasa putus asa dan mengeluh yang berkepanjangan bila menerima cobaan atau ujian kehidupan.
Keempat, dalam permainan sepak bola, kita juga menemukan sistem keseimbangan yang diciptakan oleh Tuhan, apa itu ? Saat bola masuk ke gawang, pada saat bersamaan, dua kubu yang berlawanan, yang satu tertawa dan tepuk tangan dengan riuhnya, karena berhasil memasukankan bola ke gawang lawan, sementara yang "kebobolan" sedih dan diam membisu.
Begitu juga saat berakhirnya suatu pertandingan Final, pada saat bersamaan, yang menang dengan menggondol piala sambil bersuka cita, sementara yang kalah, sedihnya luar bisa. Itulah sistem keseimbangan hidup dan pelajaran hidup yang dapat kita lihat dan kita pelajari dalam permainan Sepak Bola.
Waktu dalam bermain sepak bola dibatasi hanya 2 x 45 menit. Kehidupan kita pun dibatasi oleh waktu. Dan permasalahan yang akan dihadapi pasti lebih rumit dari sepakbola, walaupun, kehidupan kita tidakakan diketahui kapan akan berakhirnya. Mulailah memelihara kebaikan dengan menegakan aturan dan etika yang ada. Tegakkan aturan tersebut bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat dan negara.

Pendidikan dan Kreativitas

Roma Hadi Tri Susangka
Penerima Dana Hibah Program Kreativitas Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Malang
roma_umm@yahoo.co.id

PENDIDIKAN merupakan proses pemberdayaan pesrta didik sebagai subjek sekaligus objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam meningkatkan sumber daya manusia.
Sedangkan, kreativitas merupakan tuntutan pendidikan dan kehidupan pada saat ini. Kreativitas akan menghasilkan berbagai inovasi dan perkembangan baru. Individu dan organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya, karena mereka mampu memenuhi kebutuhan lingkungannya yang terus berubah. Individu dan organisasi yang kreatif akan mampu bertahan dalam kompetisi global yang dinamis dan ketat.
Sistem belajar mengajar yang dilakukan seorang pendidik, hendaknya berpusat pada peserta didik yang telah dicanangkan oleh pemerintah Indonesia, yakni melalui metode PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
Namun, tidak semua pendidik dapat mengajarkan materinya melalui metode pembelajaran PAIKEM itu, terdapat pola pikir maupun sikap yang menghambat kreativitas pendidik maupun peserta didik. Tanpa pendidik yang kreatif, sulit untuk membentuk siswa yang kreatif. Dengan menyadari adanya hambatan-hambatan terhadap kreativitas, pendidik akan dapat menjadi pemimpin yang lebih kreatif yang dengan lebih efektif dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang memungkinkan pengembangan pola pikir dan sikap kreatif dalam diri siswa.
Siswa kreatif tidak hanya memiliki keunggulan yang cerdas dalam hal intelektual, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional. Karena itu, kreativitas siswa perlu dirorong dan terus dikembangkan. Siswa yang lebih kreatif dari teman sebanyanya, biasanya akan berprestasi di kelas. Bahkan bukan tidak mungkin prestasinya juga meluas tidak semata di bidang pendidikan.
Peran guru dan orangtua dalam menumbuhkembangkan kreativitas siswa menjadi spirit terseniri. Demikian halnya dengan peran lingkungan dan pergaulan yang dipilih. Berbagai kesempatan untuk menampilkan kreativitas siswa pun harus diciptakan.
Pendidikan yang saat ini dilaksanakan di Indonesia cenderung lebih mengutamakan pengembangan kemampuan kognitif. Pendidikan pada tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, maupun pendidikan tinggi masih menunjukkan kecenderungan di atas.
Hal itu membuat para peserta didik seringkali mengalami kegagapan saat harus menyelesaikan masalah nyata, karena tidak semua masalah dapat diselesaikan secara efektif dengan menggunakan kemampuan kognitif saja. Maka kreativitas dalam dunia pendidikan seringkali menjadi syarat untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari secara efektif.

Minat Baca dan Perpustakaan Sekolah

Roma Hadi Tri Susangka
Penerima Dana Hibah Program Kreativitas Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Malang
roma_umm@yahoo.co.id

MEMBACA adalah salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi. Karena kegiatan membaca merupakan salah satu proses tranformasi ilmu melalui cara melihat dan memahami isi yang tertulis di dalam buku pengetahuan maupun pelajaran.
Namun di sisi lain, diakui atau tidak, minat baca siswa khususnya di negara kita masih terhitung sangat rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari intensitas kunjungan di Perpustakaan Sekolah. Rata-rata siswa melakukan kegiatan membaca pada saat belajar saja, di luar itu sedikit sekali yang suka membaca buku lain. Ada juga yang tidak membaca sama sekali.
Hal tersebut dapat disebabkan berbagai faktor, baik secara pribadi maupun secara umum. Secara pribadi, biasanya, berkaitan dengan kurangnya motivasi dalam diri siswa untuk menanamkan bahwa membaca itu suatu kegiatan yang perlu dan bermanfaat. Secara umum, faktor yang sangat berpengaruh besar adalah lingkungan sekitar siswa yang memang jauh dari kebiasaan atau budaya membaca.
Fungsi perpustakaan menjadi berkembang sebagai tempat pemupuk minat baca. Fungsi perpustakaan bagi siswa adalah untuk memperdalam dan menelusuri berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kebutuhan hidupnya. Penguasaan konsep dasar yang baik memudahkan siswa untuk mengaplikasikan ilmunya pada situasi dan kondisi yang lebih berkembang yang akhirnya siswa akan memiliki inisiatif, daya kreatif, sikap kritis, rasional, dan objektif.
Rendahnya minat baca sering dijadikan alasan terhadap rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tetapi orang sering lupa faktor penyebabnya. Harga buku yang tidak terjangkau, buku-buku pelajaran disajikan dengan bahasa yang kaku, tak tersedianya tempat baca yang nyaman serta tidak adanya waktu senggang karena padatnya kurrikulum merupakan faktor penyebabnya. Hal-hal tersebut sebenarnya bisa di antisipasi dengan adanya perpustakaan yang nyaman.
Perpustakaan sebagai lembaga penunjang pendidikan nampaknya masih dianggap kurang penting. Sehingga berbagai kebijakan yang diambil oleh pihak yang berwenang selalu lebih mengutamakan pengembangan di bidang lain. Perpustakaan berada di ruang yang sangat sempit, atau seruang dengan kantor guru atau di dekat WC, atau malah tidak ada sama sekali masih merupakan pemandangan yang umum di Indonesia ini.
Begitu juga dengan pegawai yang menanganinya masih jauh untuk di sebut profesional. Guru-guru yang malas dan pegawai tata usaha yang bermasalah sering di tempatkan di perpustakaan sekolah yang mengakibatkan citra perpustakaan sebagai tempat pembuangan daripada sebagai tempat penunjang pendidikan. Tak jarang pula pegawai perpustakaan adalah orang-orang yang sangat mahal senyum dan galak sehingga menjadikan perpustakaan sekolah sebagai tempat yang angker untuk dikunjungi.
Masalah perpustakaan adalah masalah serius. Pengelolaannyapun harus serius dan terfokus. Dengan pustakawan yang profesioanal, rasa tanggung jawab dari pihak sekolah, masyarakat, dan pemerintah yang tak hanya di bibir saja, peprustakaan di Indonesiapun bisa nyaman. Dengan perpustakaan yang nyaman, minat baca generasi muda Indonesia yang di gembar-gemborkan terpuruk itu, akan naik secara drastis. Dan Indonesia akan menjadi bangsa yang cerdas dan mandiri. Perpustakaan yang nyaman belum tentu mahal tetapi memerlukan penanganan dan keterlibatan yang serius berbagai pihak untuk mendukungnya.

Olahraga dan Prestasi

Roma Hadi Tri Susangka
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Malang
roma_umm@yahoo.co.id

OLAHRAGA menjadi salah satu kebutuhan masyarakat yang penting dengan membuat kita mejadi sehat.
Saat ini, pembangunan olahraga di Indonesia telah memiliki payung hukum dan landasan yaitu Undang-Undang No. 3 tahun 2005 mengenai Sistem Keolahragaan Nasional (SKN). UU tersebut mengamanatkan bahwa pemberdayaan olahraga berfokus pada tiga bidang yaitu olahraga rekreasi, pendidikan dan prestasi.
Fungsi prestasi olahraga adalah. Pertama, olahraga prestasi berperan sebagai memutar roda ekonomi melalui sponsorhip yang meningkatkan motivasi atlit. Kedua, olahraga mendorong pembangunan infrastruktur seperti stadion, bandara, jalan akses, pembersihan korupsi. Tambah lagi efek positif dalam pariwisata, media dan bisnis.
Maka, membudayakan olahraga sangatlah penting. Karena berperan dalam peningkatan prestasi dan kesejahteraan rakyat. Dengan membudayakan olahraga diharapkan dapat menjadi pondasi dalam mewujudkan prestasi olahraga yang maksimal dan pemicu tumbuh kembangnya pembangunanan di sektor pariwisata dan ekonomi masyarakat melalui jasa dan industri olahraga.
Seorang atlit yang berprestasi akan mustahil jika muncul tiba-tiba, diperlukan proses yang panjang, disiplin diri yang kuat, berlatih keras dan berkesinambungan sejak dini dibawah binaan dan bimbingan pelatih profesional. Untuk itu, upaya pembenahan dan penguatan pondasi olahraga masyarakat menjadi program prioritas pembangunan keolahragaan.
Masyarakat olahraga Indonesia sangat merindukan lahirnya pahlawan-pahlawan olahraga yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa di dunia internasional. Sebutlah nama Rudi Hartono sampai dengan era Susi Susanti di bulutangkis, roni patinasarani – bambang nurdiyansah di sepakbola, purnomo - mardi lestari di atletik, Tintus Arianto Wibowo – yayuk basuki di tenis, albert papilaya di tinju, dan banyak atlet legendaris bangsa yang berkali-kali membuat Indonesia Raya berkumandang di berbagai arena. Mereka bahkan tidak hanya mampu berbicara di ajang regional, ajang Asian Games, bahkan Olimpiade mereka pernah raih sungguh bagai bumi dengan langit.
Marilah kita kita lebih membulatkan tekad dan semangat guna mengibarkan dan mengamalkan secara konsisten panji-panji kebugaran dan kesehatan masyarakat serta prestasi olahraga Indonesia di pentas nasional maupun internasional.

Minggu, 28 Maret 2010

MUHAMMADIYAH DAN TAJDID (PEMBAHARUAN)

Oleh

Roma Hadi Tri Susangka 07340022







UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2010

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan pemabaharuan di awal paruh abad dua puluh telah menunjukkan eksistensinya sebagai organisasi dinamis, cerdas dan kreatif dalam melihat tanda-tanda jaman. Sosok KH. Ahmad Dahlan mewakili kecerdasan itu. Beliau tampil elegan dengan gaya pemikiran bebas, kreatif sekaligus arif. Pada dirinya tampil kesempurnaan pemikir pembaharu yang utuh.
Memahami Muhammadiyah bukanlah memahami organisasi dalam pengertian administratif yang bersifat teknis saja, namun kita harus memahami Muhammadiyah sebagai gerakan Islam atau gerakan keagamaan (religious movement) yang terkandung di dalamnya sistem keyakinan (belief system), pengetahuan (knowledge), organisasi (organization) dan praktik-praktik aktifitas (practices activity) yang mengarah pada tujuan (goal) yang dicita-citakan.
Tampil sebagai gerakan pembaharu, Muhammadiyah mendapatkan pengikut yang kebanyakan kaum muda yang menginginkan perubahan dari kekolotan faham agama yang jumud atau mandeg. Percampuran faham agama dengan dogma Takhayul, Bid’ah dan Khurafat (TBC) yang melekat saat itu adalah pekerjaan besar yang dihadapi Muhammadiyah. Proses revitalisasi dengan jargon kembali kepada Al-Quran dan Sunnah menjadi alat yang ampuh untuk membangunkan kembali umat Islam dari tidur panjangnya. KH. Ahmad Dahlan dengan semangat tajdidnya mengagetkan banyak ulama saat itu, ia sempat dicaci sebagai kyai gila atau entah apalagi.
Pembaharuan yang pernah dilakukan Muhammadiyah di era KH. Ahmad Dahlan kini muncul kembali seiring dengan berubahnya kondisi sosial, politik, budaya dan pendidikan. Kemunculan gerakan pembaharuan pemikiran dalam pemahaman ajaran agama adalah hal yang wajar dan logis, karena budaya manusia selalu berkembang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga sangat berpengaruh pada pola pikir manusia, termasuk dalam memahami teks-teks agama. Namun, satu prinsip yang perlu selalu dipegang adalah bahwa pembaharuan itu hendaknya tidak menghilangkan inti dari ajaran agama itu sendiri. Bila inti ajaran agama itu hilang, maka namanya bukan lagi pembaharuan, tetapi perusakan atau penggantian dengan hasil pikiran manusia sendiri tanpa mengindahkan inti ajaran agama yang pada dasarnya berasal dari wahyu Allah.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah
A. Apakah yang dimaksud dengan Tajdid (Pembaharuan) dalam Muhammadiyah?
B. Apakah contoh Tajdid dalam Muhammadiyah?

1.3 Tujuan
A. Dapat mengetahui Tajdid dalam Muhammadiyah.
B. Dapat mengetahui contoh Tajdid dalam Muhammadiyah.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tajdid dan Muhammadiyah
Kehidupan adalah perubahan, dan perubahan itu harus bersifat progressif revolusioner. Hal ini membuktikan bahwa dalam diri manusia tidak berada dalam ruang yang kosong dan statis. Ada kesinambungan antara masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Perubahan sesuatu ada yang di kehendaki manusia maupun tidak. Karena itu dalam pergumulan eksistensi umat Islam sebagai khalifah fil ardh umat Islam senantiasa berhadapan dengan perubahan internal-eksternal sehingga mustahil untuk menutup diri dan pura-pura tidak tahu akan adanya perubahan yang terjdi.
Kata tajdid sendiri secara bahasa berarti “mengembalikan sesuatu kepada kondisinya yang seharusnya”. Dalam bahasa Arab, sesuatu dikatakan “jadid” (baru), jika bagian-bagiannya masih erat menyatu dan masih jelas. Maka upaya tajdid seharusnya adalah upaya untuk mengembalikan keutuhan dan kemurnian Islam kembali. Atau dengan ungkapan yang lebih jelas, Thahir ibn ‘Asyur mengatakan, Pembaharuan agama itu mulai direalisasikan dengan mereformasi kehidupan manusia di dunia. Baik dari sisi pemikiran agamisnya dengan upaya mengembalikan pemahaman yang benar terhadap agama sebagaimana mestinya, dari sisi pengamalan agamisnya dengan mereformasi amalan-amalannya, dan juga dari sisi upaya menguatkan kekuasaan agama.
Pengertian ini menunjukkan bahwa sesuatu yang akan mengalami proses tajdid adalah sesuatu yang memang telah memiliki wujud dan dasar yang riil dan jelas. Sebab jika tidak, ke arah mana tajdid itu akan dilakukan? Sesuatu yang pada dasarnya memang adalah ajaran yang batil dan semakin lama semakin batil, akan ditajdid menjadi apa? Itulah sebabnya, hanya Syariat Islam satu-satunya syariat samawiyah yang mungkin mengalami tajdid. Dalam Islam sendiri, seputar ide tajdid ini, Rasulullah saw. sendiri telah menegaskan dalam haditsnya tentang kemungkinan itu. Beliau mengatakan, yang artinya:
“Sesungguhnya Allah akan mengutus untuk ummat ini pada setiap pengujung seratus tahun orang yang akan melakukan tajdid (pembaharuan) terhadap agamanya.” (HR. Abu Dawud)
Tajdid yang dimaksud oleh Rasulullah saw di sini tentu bukanlah mengganti atau mengubah agama, akan tetapi seperti dijelaskan oleh Abbas Husni Muhammad maksudnya adalah mengembalikannya seperti sediakala dan memurnikannya dari berbagai kebatilan yang menempel padanya disebabkan hawa nafsu manusia sepanjang zaman.
Dan untuk itu, upaya tajdid sama sekali tidak membenarkan segala upaya mengoreksi nash-nash syar’i yang shahih, atau menafsirkan teks-teks syar’i dengan metode yang menyelisihi ijma’ ulama Islam. Sama sekali bukan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tajdid dalam Islam mempunyai 2 bentuk:
Pertama, memurnikan agama, setelah perjalanannya berabad-abad lamanya dari hal-hal yang menyimpang dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Konsekuensinya tentu saja adalah kembali kepada bagaimana Rasulullah saw dan para sahabatnya mengejawantahkan Islam dalam keseharian mereka.
Kedua, memberikan jawaban terhadap setiap persoalan baru yang muncul dan berbeda dari satu zaman dengan zaman yang lain. Meski harus diingat, bahwa “memberikan jawaban” sama sekali tidak identik dengan membolehkan atau menghalalkannya. Intinya adalah bahwa Islam mempunyai jawaban terhadap hal itu.
Berdasarkan ini pula, maka kita dapat memahami bahwa bidang-bidang tajdid itu mencakup seluruh bagian ajaran Islam. Tidak hanya fikih, namun juga aqidah, akhlaq dan yang lainnya. Tajdid dapat saja dilakukan terhadap aqidah, jika aqidah ummat telah mengalami pergeseran dari yang seharusnya.
Muhammadiyah sejak kelahirannya di Kauman, Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 M atau 8 Dzulhijjah 1330 H memang memiliki karakter atau watak kuat sebagai gerakan tajdid. KH. Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah dikenal pula sebagai mujadid atau pembaru karena sejumlah gagasan dan langkah gerakannya yang bersifat pembaruan. Kelahiran Muhammadiyah dan ketokohan KH. Ahmad Dahlan pada awal abad ke-20 di negeri tercinta ini memang benar-benar membawa pembaruan ketika saat itu umat Islam berada dalam kondisi jumud (statis) dari segi paham dan pemikiran keagamaan serta tertinggal dalam kondisi kehidupan.
Muhammadiyah yang kini usianya sudah seabad merupakan sebuah fenomena tersendiri dalam khasanan sejarah Islam di Indonesia. Muhammadiyah telah banyak menghiasi berbagai ruang dan tempat sejarah Indonesia dari mulai pra-kemerdekaan sampai pasca kemerdekaan, eksistensi Muhammadiyah dalam mengisi kemerdekaan tak perlu di ragukan lagi.
Seiring perkembangan masyarakat yang dinamis dan sangat kompleks memaksa Muhammadiyah untuk menyesuaikan dirinya dengan perkembangan tersebut. Sebagaimana organisasi-organisasi keagamaan lainnya, Muhammadiyah dituntut oleh keadaan untuk menilai kembali identitasnya agar tetap relevan dan mampu mengatasi tantangan-tantangan yang ada yang semakin kompleks.
Muhammadiyah menyebarluaskan ajaran Islam yang komprehensif dan muliti aspek melalui dakwah untuk mengajak pada kebaikan (Islam), al amr bil al makruf wa al nahi al munkar (mengajak kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar) sehingga umat manusi memperoleh keberuntungan lahir dan bathin dalam kehidupan ini. Dakwah yang demikian itu mengandung makna bahwa Silam sebagai ajaran selalu bersifat tranformasional; yakni dakwah yang membawa perubahan yang bersifat kemajuan, kebaikan, kebenaran, keadilan dan nilai-nilai keutamaan lainnya untuk kemaslahatan serta keselamatan hidup umat manusia tanpa membeda-bedakan ras, suku, golongan, agama dan lain-lain.
Surat Ali Imran ayat 110 yang artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.

2.2 Contoh Tajdid dalam Muhammadiyah
Muhammadiyah dikenal sebagai suatu organisasi medernis (Tajdid). Kesediaan Muhammadiyah untuk mengadopsi metode-metode modern (Barat) dalam kehidupan organisasi sehari-hari, Misalnya dalam sistem pendidikan, Muhammadiyah mengambil alih sistem pendidikan barat yakni dengan tanpa memisahkan (dikhotomi) antara pendidikan agama dan pendidikan umum, Muhammadiyah hadir dengan memadukan mata pelajaran agama dan umum, ini merupakan upaya praktis modernisasi yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Itu salah satunya, dan salah satu studi kasus terbaru adalah Muhammadiyah tengah mengembangkan strategi dakwah terbaru dengan melibatkan teknologi informasi (TI) sebagai sarananya.
Seiring makin kompleksnya permasalahan yang harus dihadapai oleh Muhammadiyah, sering pada akhir-akhir ini menimbulkan tudingan bahwa organisasi ini sedang mengalami kemandekan. Untuk itu, sangat menarik kiranya Muhammadiyah mencermati dan berdakwah “amar ma’ruf nahyi mungkar” dengan menggunakan media teknologi informasi (TI). Mengingat era kini sudah memasuki era globalisasi.
Dewasa ini teknologi informasi memang sudah menyenyuh di berbagai lapisan baik masyarakat ke atas, menengah, ke bawah maupun berbagai organisasi yang tidak bisa lepas dari TI. Muhammadiyah dan TI sudah tentu saling bersinergi untuk membangun masyarakat yang sebenar-benarnya, sebagaimana yang menjadi tujuan utama Muhammadiyah. Selain itu, kehadiran TI saat ini seakan memiliki fungsi dan efek yang sama. Artinya, fungsi dari kehadiran TI juga telah melahirkan dampak-dampak negatif yang ada di masyarakat.
Tidak bisa ditawar-tawar lagi, umat Islam harus mampu menguasai dan memanfaatkan sebesar-besarnya perkembangan teknologi informasi untuk berdakwah. Bahkan Ketua Muslim Information Technology Association (MIFTA) Dr Kun Wardhana Abiyanto mengatakan “Dari sisi dakwah, kekuatan internet sangat potensial untuk dimanfaatkan”.
Bahkan ada sejumlah kalangan beranggapan umat Islam sangat jauh tertinggal di bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan adanya globalisasi, kompetisi tentu akan semakin berat. Maka otomatis kita kan dituntut untuk berlomba-lomba menguasai bidang teknologi informasi serta mencari ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Karena era globalisasi tentu bukan lagi bersaing dari segi modal saja, melainkan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualis. Sebagai umat Islam perlu mempersiapkan diri menghadapi tantangan zaman tersebut.
Peran Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid (pembaharuan) harus mampu menjawab tantangan masa depan. Bagaimana strategi dakwah Muhammadiyah dalam menjawab tantangan era globalisasi dan informasi saat ini. Muhammadiyah dan teknologi informasi saling bersinergi. Apabila di cermati sejak kelahiran dan perkembangannya, Muhammadiyah menunjukan identitas sebagai gerakan Tajdid atau pembaharuan. Muhammadiyah yakin bahwa dengan memahami secara sungguh-sungguh, baik dan benar akan ajaran Islam, maka implementasinya tentu akan baik pula.

BAB III
KESIMPULAN


“PERUBAHAN BUTUH PERJUANGAN

PERUBAHAN BUTUH
PENGORBANAAN

PERUBAHAN BUTUH
KOMITMEN

PERUBAHAN BUTUH KEYAKINAN
UNTUK BISA MELAKUKANNYA

DAN PERUBAHAN BUTUH
TINDAKAN

KITA PASTI BISA”

SUKRON KASIRON

Rabu, 10 Februari 2010

Fenomena Facebook

Facebook memang fenomenal, selain berhasil mengangkat kasus Prita Mulyasari dan pengumpulan koin untuk Bilqis, melalui facebook juga beberapa kasus kriminal seperti kegiatan prostitusi online sampai penculikan anak sudah terjadi. Baru-baru ini Nova menjadi korban facebook. Nova adalah gadis belia berusia 14 tahun asal Sidoarjo. Melalui facebook Nova berkenalan dengan seorang pemuda bernama Ari di Tangerang, yang juga merupakan pemuda ingusan. Dan perkenalan itu tidak sampai disitu saja, mereka yang belum pernah bertemu sebelumnya seakan sudah buta gara cinta maya, sehingga orang tua mereka dan saudara mereka seolah sudah dianggap sebagai penjahat yang menghalangi niat mereka untuk menjalin asmara. Akhirnya setelah Nova bersama keluarga mengunjungi pernikahan saudaranya di Jati Ungu, Tangerang. Ternyata Nova dan Ari sudah sudah menentukan lokasi untuk bertemu usai acara pernikahan saudaranya. Nova dan Ari kabur. Selama 6 hari orang tua dan keluarga Nova kebingungan mencari keberadaan anaknya. Dengan bantuan polisi, akhirnya Nova dan Ari ditemukan polisi disebuah rumah makan. Usut punya usut, ternyata Nova dan Ari sudah melakukan hubungan layaknya suami istri. Kalau sudah begini, saya langsung berpikir untuk mencari kambing hitam, siapa yang salah. Nova? Ari? Orang tua? Facebook? Atau Aku? Arhrhhh..., kenapa Nova begitu percaya sama Ari, sehingga Nova dengan mudah mau menyerahkan kehormatan tertinggi milik kaum hawa itu kepadanya? Kenapa Ari dengan tega melakukan demikian kepada Nova, tidakkah dia ingat saudara perempuannya, tidakkah ia ingat pada ibu yang telah membesarkannya? Kenapa orang tua Nova tidak bisa menjaga anak gadisnya? Kenapa orang tua Ari tidak bisa mengawasi tingkah laku Ari? Oh..facebook, engkau juga punya peranan dalam hal ini. Keberadaanmu sudah melenakan jutaan bahkan anak-anak sampai kakek-nenek selalu sibuk dengan jari dan jempol mereka yang terus bergerak untuk update status. Aku kenapa aku tidak setuju dengan status facebook haram? Teknologi memang tak perlu disalahkan, tetapi nyatanya banyak sudah yang salah dalam menggunakannya. Terkadang saya juga terlalu sok mengkritik mereka yang sudah memprediksikan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi akibat facebook. Mereka saya yakin bertindak bukan tanpa berpikir dan tanpa pertimbangan, tetapi aku sering salah menanggapi hasil pemikiran mereka. Facebook juga sudah memenjarakan banyak orang gara-gara menulis status yang dianggap sebagai perbuatan yang tidak menyenangkan. Kasus lain lagi seperti penjualan ABG lewat facebook, juga semakin membuat aku merasa bersalah. Tapi aku tetaplah aku, rasa salah itu terkadang hanya datang sepintas, dan sesaat kemudian aku lupa. Lewat beberapa detik untuk kemudian menghilang ditelan waktu untuk kemudian aku merasa akulah yang paling benar. Malang benar nasibmu Nova, gadis belia yang harus membayar dengan mahal gara-gara facebook. Maafkan aku.

Rabu, 02 Desember 2009

Hukum Kita dan Pisau Emak

KEMARIN Emak menyuruhku mengasah pisau yang ada di dapur agar kembali tajam. Aku bertanya kepada Emak, “Mak, punggung pisaunya ditajamkan tidak? Emak menjawab tanpa melihat, “Ya nggak to, pisau itu kan hanya sisi bawahnya saja yang di pakai untuk memotong.” Setelah selesai mengasah, aku berikan pisau itu kepada Emak untuk memotong daging jatah kurban. Hari ini aku ingat pisau Emak yang seperti hukum kita, sangat tajam di bawahnya namun di atasnya tumpul. Hukum kita begitu sulit menangkap Si A dan begitu mudah meringkus Si B. Hal itu menjadi ironi yang sangat nyata di negeri ini. Hukum seakan sudah menjadi barang dagangan yang dapat di perjualbelikan, seperti daging sapi di Super Market yang super mahal, rakyat kecil tidak sanggup untuk membelinya. Mereka hanya setahun sekali menikmati daging sapi itu kalau mendapat jatah dari orang yang berkurban. Namun, orang yang berduit atau penguasa sangat mudah membeli daging sapi itu walau dengan harga yang super mahal. Sekarang siapa yang meiliki duit dan kekuasaan, maka dapat memenangi dan mengondisikan kasus-kasus yang menjeratnya. Mereka dapat menyuap para Mavia Hukum yang sudah terstruktur dari para oknum penegak hukum di negeri ini. Namun, rakyat kecil yang tidak meiliki uang maka bersiaplah hukum akan menindaknya dengan cepat dan keras. Seperti pencuri Cacao, Semangka, Ayam dan lain sebagainya yang akhir-akhir ini gencar di beritakan di media cetak maupun elektronik. Mereka langsung mendapatkan hukuman yang sangat tidak proporsional dengan kesalahannya. Keadilan hanya milik orang berduit. Kalau ada duit maka kasus pun beres. Aku dan Emak kini takut bermasalah dengan hukum di negeri ini. Karena aku dan Emak sebagai rakyat kecil tidak mampu untuk membayar atau menebus para mavia hukum. Dan aku pun tahu kalau hukum kita itu sangat tajam, saat menindak kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh rakyat kecil.

Minggu, 29 November 2009

Peran Mahasiswa dan Perguruan Tinggi

Oleh Roma Hadi Tri S Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sasatra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang MAHASISWA sebagai generasi muda merupakan asset dalam penerusan estafet kepemimpinan bangsa dan negara di masa depan. Karena dilihat dari segi kesempatan para mahasiswa mempunyai kesempatan dan peluang yang sangat besar untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Peranan mahasiswa yang pertama adalah agent of change, di mana Mahasiswa sebagai agen suatu peubahan yang diharapkan dalam rangka kemajuan bangsa. Dalam perubahan ini mahasiswa harus menjadi garda terdepan. Kedua, mahasiswa sebagai agent of problem solfer. Di mana, mahasiswa harus menjadi generasi yang memberikan solusi dari setiap persoalan yang terjadi di dalam lingkungan dan bangsanya sendiri. Mahasiswa bisa membantu jalan keluar terhadap kondisi sulit yang diambil oleh pengambil keputusan. Ketiga, mahasiswa sebagai agent of control. Fungsi ini dilakukan terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh penguasa Negara. Perguruan tinggi mempunyai tugas, kewajiban, tanggung jawab sebagi lembaga pendidikan tinggi serta selalu berusaha melakukan perbaikan-perbaikan baik secara akademik maupun nonakademik, guna memperoleh output yang berkualitas tinggi yang mempu menghadapi tantangan baik di masa kini maupun di masa depan. Secara nonakademis pembinaan mahasiswaguna mengisi waktu luang selama mereka tidak melakukan kegiatan akademiknya, karena waktu tatap muka dengan tenaga edukatif sanagt sedikit. Untuk kea rah pencapaian tujuan tersebut sudah selayaknya jika perguruan tinggi selalu mengupayakan agar suasana kampus kondusif. Baik kondusif dalam kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, maupun kegiatan ekstra kurikuler. Peningkatan output mahasiswa menjadi perhatian besar sebagai raw input. Mahasiswa dan perguruan tinggi saling membutuhkan dalam ham pewujudan sikap profesionalisme. Daya saing bangsa tergantung pada pengetahuan, values dan ketrampilan tenaga kerjannya. Faktor-faktor sebagai penentu daya saing diantarany: kesempatan bekerja, system peradilan yang fair, pajak, birokrasi, hak cipta, inovasi teknologi dan pendidikan, hubungan internasional. Peran perguruan tinggi ini hanya mampu dicapai denagn peningkatan kualitas sistem pendidikan yang ada, yang mencakup peningkatan SDM (dosen dan karyawan), kurikulum, strategi pembelajaran, dan sarana akademiknya.

Selasa, 27 Oktober 2009

Toleransi dan Bahasa

TOLERANSI dalam dataran terminologi lugawi mendapat pengertian kesediaan untuk mau menghadapi faham, yang lebih berbeda dari faham yang kita anut. Terminologi ini bersifat umum, artinya ia merupakan konsekuensi langsung atau tak langsung dari dimensi kesosialan yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial. Dimensi kesosialan, paling nyata ditunjukan pada bahasa, karena bahasa bukan an sich sebagai sarana berkomunikasi verbal saja. Tetapi ia juga mengantarkan realitas, sejarah dan berikut segala nilai-nilai yang mendukungnya kepada manusia. Dengan berpijak dari laku bahasa yang dipergunakan seseorang dapat diukur tingkat kedewasaan serta tingkat kesadaran ilmiahnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran” yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara etimologis, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada. Dari kajian bahasa di atas, toleransi mengarah pada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik perbedaan suku bangsa, warna kulit, budaya, agama, serta bahasa itu sendiri. Oleh karena itu, bahasa memang menunjukan suatu bangsa. Karena semua bentuk nilai luhur dan bentuk-bentuk perengkuhan akan nilai-nilai itu, oleh manusia atau masyarakat bangsa sebagai pengguna bahasa itu, secara ekosetoris dalam praksis sosial kemasyarakatan dan sosial budaya tercermin secara dasar dalam bahasanya. Kerukunan juga tercermin dalam bahasa. Oleh karena itu, Indonesia memang menjadi negara yang sangat luar biasa dalam hal toleransi. Hampir tak ada masyarakat di dunia ini yang bisa bersikap toleran sebagaimana masyarakat Indonesia. Di Jawa misalnya, ada satu keluarga di mana anggota masyarakatnya berbeda antar satu dan lainnya. Namun selau hidup rukun dalam satu ikatan keluarga yang kuat. Kerukunan itu juga ditunjukan tidak saling mengganggu atau bahkan saling membantu walaupun memiliki perberbedaan baik berbeda suku, warna kulit, budaya, agama, serta bahasa. Walaupun dalam realitanya menjadi intoleran lebih mudah daripada bersikap toleran. Dan jalan menuju sikap toleran bukanlah jalan tol yang mulus dan tanpa halangan. Namun jalan menuju toleransi adalah jalan kontestrasi untuk mengatasi intoleransi itu sendiri. Oleh karena itu, mulai sekarang hentikan semua kekerasan, intimidasi, penyerangan sebuah kelompok satu kepada kelompok yang lain, bahkan terorisme yang dapat mengacaukan kestabilan sosial, ekonomi, dan politik negeri ini. Selalu gunakanlah Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu ketika berkomunikasi verbal dengan orang yang berbeda suku, seperti yang tertuang dalam sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober tahun 1912 yaitu berbahasa satu bahasa indon

Perusahaan dan Karyawan

DALAM lingkungan industrial yang begitu cepat berpengaruh seiring dengan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada terciptanya alat-alat produksi yang lebih efisien dan efektif yang menyebabkan semakin menurunnya prosentase penggunaan tenaga kerja manusia dalam suatu perusahaan. Namun demikian, Sumber Daya Manusia cukup memegang peranan yang sangat penting karena betapapun sempurnanya peralatan kerja, tanpa adanya tenaga kerja manusia, maka peralatan tersebut tidak ada artinya. Maka dari itu manajemen perusahaan dituntut untuk tetap memelihara hubungan yang baik dengan karyawan dan salah satu kunci dalam mengembangkan organisasi perusahaan yang efektif dan efisien adalah dengan cara bagaimana perusahaan menggunakan Sumber Daya Manusia yang dengan optimal. Karena tenaga kerja merupakan faktor penggerak dari keseluruhan aktifitas perusahaan. Pimpinan suatu perusahaan harus banyak memberikan semangat kerja dan produktifitas kerja. Selain itu, pimpinan perusahaan juga harus memperhatikan kebutuhan karyawan agar karyawan tersebut dapat diajak untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Pemberian kompensasi perusahaan merupakan suatu motivasi yang dapat menimbulkan semangat kerja karyawan pada bagian produksi. Pemberian kompensasi yang bersifat finansial dapat berupa gaji, upah dan insentif, sedangkan pemberian kompensasi yang bersifat non finansial dapat berupa promosi jabatan, penghargaan atas prestasi kerja, lingkungan kerja yang nyaman, dan rekan kerja yang menyenangkan. Adanya tingkat kehadiran yang tinggi dapat memberikan gambaran bagaimana kondisi kepuasan karyawan dalam bekerja, untuk itu penting sekali bagi perusahaan untuk memberikan perhatian terhadap kompensasi secara tepat, adil dan harus mempunyai dasar yang rasional dan dapat diperhatikan karena menyangkut faktor emosional dari sudut pandang karyawan. Kompensasi diberikan tepat dan adil serta dapat memenuhi kebutuhan karyawan dan karyawan akan merasa terpuaskan dan lebih semangat lagi dalam bekerja. Karyawan yang telah mendapat perhatian, kesejahteraan dan ketenangan dalam bekerja, maka karyawan tersebut akan mempunyai semangat kerja dan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Hal ini merupakan imbalan balik antara karyawan dan perusahaan. Karena semangat dan gairah kerja karyawan yang tinggi adalah sebagai pengerak utama seseorang dalam bekerja, maka akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Apabila suatu perusahaan mampu meningkatkan semangat kerja karyawan, maka akan memperoleh banyak keuntungan salah satunya adalah pekerjaan lebih cepat untuk diseleseikan.

Revolusi untuk Hemat Energi

PERUBAHAN iklim akibat pemanasan global (global warming), pemicu utamanya adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil (bahan bakar minyak, batubara dan sejenisnya, yang tidak dapat diperbarui). Penghasil terbesarnya adalah negeri-negeri industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dan lain-lain. Ini diakibatkan oleh pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat negara-negara utara yang 10 kali lipat lebih tinggi dari penduduk negara selatan. Negara-negara berkembang meski tidak besar, ikut juga berkontribusi dengan skenario pembangunan yang mengacu pada pertumbuhan. Industri penghasil karbon terbesar di negeri berkembang adalah perusahaan tambang (migas, batubara dan yang terutama berbahan baku fosil). Bahkan, Indonesia tahun ini tercatat pada rekor dunia “Guinnes Record Of Book” sebagai negara tercepat yang rusak hutannya. Listrik juga menjadi sumber energi yang paling dibutuhkan oleh masyarakat modern. Beragam peralatan modern untuk hiburan maupun untuk bekerja, membutuhkan energi ini. Kebutuhan akan energi ini selalu meningkat tiap tahunnya, sementara kemampuan pemerintah dalam menyediakan energi ini sangat terbatas. Tidak dapat dihindarkan, terjadilah krisis energi. Kegiatan pembangunan di Indonesia mengarah kepada industrialisasi, sehingga energi menjadi isu utama dan penting dalam kerangka menunjang model pembangunan tersebut. Krisis energi, terutama listrik, yang terjadi menjelang akhir abad ke-20 mengisyaratkan bahwa suplai energi listrik tidak dapat mengimbangi tingginya laju permintaan. Pertumbuhan konsumsi energi listrik sebesar 15% per tahun cukup menakjubkan di mana hal ini juga setara dengan tingkat pertumbuhan energi total secara umum, yang mencapai di atas 8% per tahun pada kurun 1965-1980, hal ini jauh di atas tingkat pertumbuhan energi negara industri sebesar 3% per tahun. Seiring dengan meningkatnya konsumsi energi maka meningkat pula permasalahan lingkungan hidup, mulai dari produksi energi (pertambangan dan proses pembuatan energi primer), transportasi (penyaluran) energi primer, produksi dan transmisi, serta distribusi energi sekunder (listrik). Pada areal pertambangan sumber energi fosil (seperti minyak bumi, batubara dan gas alam) terjadi perubahan bentang alam dan dampak terhadap lingkungan hidup yang harus menjadi perhatian. Demikian pula halnya dengan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh beroperasinya pembangkit tenaga, baik tenaga gerak maupun tenaga listrik. Jadi masing-masing dari kita dapat berbuat sesuatu sebagai bagian kepedulian kita pada lingkungan hidup. Banyak yang dapat kita lakukan. Perbanyak pengetahuan tentang bumi dan per-masalahannya dari berbagai sumber yang banyak tersedia di buku, internet, LSM lingkungan, dan lain sebagainya. Mari bersama menciptakan dunia lebih baik dengan berhemat energi.

Pemuda dan bahasa

BULAN Oktober banyak sekali sebutannya. Ada yang mengatakan sebagai bulan saktinya pancasila, bulan pemuda, dan ada pula yang menyebutnya sebagai bulan bahasa. Yang menarik bagi penulis, adalah hubungan antara bulan pemuda dan bulan bahasa. Pemuda di sini penulis maksudkan kepada pelajar. Sedangkan bahasa di sini di hubungankan dengan sastra. Antara para pelajar dan sastra perlu diperhatikan perkembangannya. seharusnya sastra sesering mungkin dibicarakan. Karena kita berharap dari gebrakan terus menerus itu, bisa diharapkan tumbuh dan mentradisi keakraban pada sastra itu sendiri, sehingga mereka bisa lebih menyukainya. Hal itu akan menghilangkan kesan-kesan bahwa pelajar lebih suka kepada karya-karya pop daripada kepada karya-karya sastra. Kenyataannya, pelajar lebih cenderung membaca cerpan atau novel pop yang mengarah pada dunia khayal dan isinya yang kurang berbobot. Sedangkan bacaan, cerpen atau novel yang bernilai sastra seakan-akan disingkirkan. Sedikit “kesalahan” bahwa para pelajar kurang mencintai bacaan bernafaskan sastra, tak bisa dituduhkan sepenuhnya kepada mereka. Karena itu diperlukan analisis lebih serius dan satu persatu untuk mencari kejelasan sebab-sebab pelajar kurang mencintai bacaan sastra. Pada dasarnya semua pelajar menyukai bacaan yang mengandung nilai keindahan, penuh khayalan dan sedikit improvisasi. Persoalannya sekarang, kewajiban membaca karya-karya sastra tidak dijadikan kebutuhan formal dan kurikuler yang ditradisikan dalam lingkup pendidikan kita. Tidak ada latihan-latihan yang mengarah pada penajaman kepekaan para pelajar yang meluangkan waktunya untuk membaca sastra, misalnnya pelajar yang membaca di perpustakaan sekolah, yang bisa dihitung dengan jari. Gejala itu bisa dilihat dari frekuensi peminjaman buku di perpustakaan yang dilakukan para siswa, Persoalan sesungguhnya yang paling penting, bagaimana kita mengarahkan para pelajar untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebab bahasa Indonesia yang baik sebagai salah satu syarat untuk mencintai sastra. Di sinilah peran guru sangat dibutuhkan. Dalam bulan bahasa ini, marilah kita membuka diri untuk lebih mencintai bahasa Indonesia secara utuh (juga sastra khususnya). Sebab kita tahu, dalam karya sastra banyak hal yang dapat kita pelajari. Peranan guru dalam menempa murid sangatlah mutlak untuk bisa mendekatkan dan memasyarakatkan sastra. Sebagai catatan, perlu kita mengenal lebih dulu karya sastra, sebelum lebih jauh mendalaminya. Sebab, dalam mengenal karya sastra kita tidak bisa bersifat tanggung. Jika kita memahami apa sebenarnya yang ada dalam karya sastra, kita akan dibawa oleh alur kenyataan yang tersirat dan bukan hanya yang tersurat. Maka pelajar sebagai pemuda yang akan menjadi agent of change. Selalu memunculkan kreativitas serta intelektualitas dan menjadikan generasi penerus bangsa demi kemajuan Negara di masa mendatang. Melalui bahasa, majulah pemuda Indonesia..

Jumat, 18 September 2009

Strandarisasi Pelayanan KA

Oleh Roma Hadi Tri Susangka Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang STANDARISASI pelayanan transportasi sangat diperlukan sebagai perangikat independen yang menjembatani harapan konsumen, untuk memperoleh layanan ketika menggunakan fasilitas umum. Standarisasi pelayanan ini juga diperlukan oleh perusahaan perkeretaapian dan para pembuat kebijakan yang berwenang membuat peraturan penggunaan fasilitas umum. Undang-undang No 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian, pada BAB XIII (Peran Serta Masyarakay) Pasal 172 bahwa masyarakat berhak: a. memberikan masukan kepada Pemerintah, Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian dalam rangka pembinaan, penyelenggaraan, dan pengawan perkeretaapian. Standard kualitas pelayanan ini sangat dibutuhkan sebab semua pihak yang terkait dengan sarana transportasi KA yaitu pengguana, perusahaan perkeretaapian dan regulator, perlu mengukur tingkat pencapaian pelayanan perusahaan perkeretaapian kepada penumpang. Layanan yang dibutuhkan para penumpang diantaranya adalah informasi dan tiket, ketepatan waktu, kenyamanan, kebersihatan dan kesehatan, penanganan keluhan, fasilitas bagi orang cacat, dan sebagainya. Perusahaan perkeretaapian harus benar-benar menunjukan keseriusanya dalam pengimplementasian standard pelayanan tersebut.

Lindungi Usaha Kecil

Oleh Roma Hadi Tri Susangka Staf ahli di Produksi Jamur PM Blitar, Kuliah di UMM roma_umm@yahoo.co.id Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya permintaan produk dari sektor ini baik untuk pangsa lokal maupun luar negeri. Di Indonesia sendiri jumlah perusahaan kecil dan menengah sangatlah banyak, bahkan mencapai 90 persen dari populasi jumlah perusahaan. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah harus lebih memperhatikan usaha kecil dan menengah tersebut untuk dapat membantu meningkatkan perekonomian bangsa. Banyak sektor UKM yang mempunyai kontribusi cukup besar untuk pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Diantara mereka mendirikan UKM diklasifikasikan mulai dari hobi, sumber daya alam, lokasi, sumber daya manusia, dan lain sebagainya. Keterbatasan modal kerja merupakan salah satu faktor yang menjadi tantangan dan kelemahan pengusaha UKM untuk dapat lebih mengembangkan usahanya. Faktor ini pula yang mengakibatkan sulitnya mereka untuk dapat bersaing dengan perusahaan besar melalui fasilitas, teknologi, maintenance, ataupun metode produksinya. Para ekonom menyebutkan adanya lima keadaan yang memungkinkan usaha kecil dan menengah dapat mampu bertahan terhadap persaingan dari perusahaan-perusahaan besar. Pertama, usaha kecil dan menengah tersebut bergerak dalam pasar yang terpecah-pecah (fragmented market). Dalam pasar yang demikian, fenomena skala ekonomi tidak terlalu penting, sehingga keuntungan yang diperoleh dari skala usaha tidaklah menonjol. Pasar semacam ini memiliki segmen-segmen konsumen yang sangat bervariasi. Kedua, usaha kecil menghasilkan produk-produk dengan karakteristik elastisitas pendapatan negatif. Artinya, jika terjadi kenaikan pendapatan masyarakat, permintaan terhadap produk-produk tersebut cenderung turun, bukan sebaliknya. Ketiga, usaha kecil mempunyai tingkat heteroginitas yang tinggi, khususnya heteroginitas teknologi yang bisa digunakan. Dengan heteroginitas teknologi yang ada, usaha kecil dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam. Variasi produk merupakan salah satu determinan terpenting untuk kelangsungan hidup usaha kecil. Keempat, usaha kecil tergabung dalam suatu cluster (sentra industri) sehingga mampu memanfaatkan efisiensi kolektif, misalnya dalam pembelian bahan baku, pemanfaat tenaga kerja. Kelima, usaha-usaha kecil diuntungkan oleh kondisi geografis, yang membuat produk-produk usaha kecil memperoleh proteksi alami karena pasar yang dilayani tidak terjangkau oleh produk-produk usaha skala besar. Oleh karena itu, usaha kecil dapat memainkan peranan penting untuk menjaga dinamika pertumbuhan dan perluasan manfaat ekonomi bagi masyarakat luas. Usaha kecil berperan bukan saja pada aspek sosial seperti pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan kerja, tetapi juga dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi pada sektor produksi dan ekspor. Maka pemerintah harus lebih memperhatikan UKM tersebut, karena dapat membantu meningkatkan perekonomian bangsa.